Voppi Rosea Bulki (2021)
Perekonomian dunia yang turun akibat COVID 19 (Sumber: RED)
Indikator penting dalam menghitung laju perekonomian suatu negara adalah Gross Domestic Product (GDP). Pada tahun 2015-2019, Indonesia berhasil memasuki fase akselerasi pertumbuhan ekonomi sederhana dengan pertumbuhan GDP rata-rata 5.0 persen pertahun. Pada tahun 2019, Indonesia mengalami pertumbuhan GDP sebesar 5.0 persen yang turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 5.1 persen. Beberapa isu penyebab penurunan GDP Indonesia beredar, salah satunya adalah penurunan ekonomi global akibat perang dagang yang terjadi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, serta Korea Selatan dengan Jepang. Perang dagang memberikan dampak bagi perkembangan ekonomi di Indonesia karena negara-negara yang terlibat dalam perang dagang merupakan mitra perekonomian Indonesia.
Harapan dunia untuk pertumbuhan ekonomi yang membaik pada tahun 2020 hilang dengan hadirnya pandemi Covid-19. Tidak saja penurunan GDP Indonesia, GDP global juga turun sebesar -3.5 persen. tercatat pada tahun 2020 pertumbuhan akumulasi ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07% Year over Year (YoY). Walau perekonomian dalam kondisi krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Vietnam saat pandemi Covid-19 masih jauh lebih baik dibandingkan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan laporan grafik International Monetary Fund (IMF) tahun 2020 yang menempatkan posisi Indonesia pada kuadran kanan atas bersama dengan Tiongkok dan Korea yang berarti ekonomi Indonesia dalam kondisi lebih aman, namun laporan tersebut belum bisa menjamin keadaan ekonomi Indonesia dalam kondisi baik. Indonesia masih harus berjuang melawan situasi krisis dan meningkatkan kembali laju perekonomian negara, oleh karena itu setiap kebijakan yang dibentuk pada masa krisis seperti ini sangat berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Gambar di bawah membuktikan bahwa Indonesia bersama Vietnam memiliki pertumbuhkan GDP yang lebih baik dibandingkan dengan Singapura, Thailand, dan Filippina pada tahun 2020.
situasi perekonomian Indonesia dan Vietnam berada di level aman (Sumber : VOVWORLD)
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan dan meningkatkan laju perekonomian negara. Dikutip dari IMF, Indonesia Investments, Internasional Kontan, dan McKinsley&Co., Indonesia cukup baik menangani kondisi pandemi Covid-19 yang menunggu ketidakjelasan vaksin saat itu. Hal ini semakin terbukti saat kita melihat angka perbandingan defisit APBN terhadap GDP di Indonesia dan Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2020 kita mengalami defisit fiskal APBN terhadap GDP sebesar 6,09 persen dengan posisi jauh lebih baik dari pada Amerika Serikat yang diperkirakan mengalami defisit APBN terhadap GDP sebesar 15,2 persen.
Pada IMF World Economy Outlook pada awal tahun 2021 ditegaskan bahwa ekonomi global sekarang berada pada kondisi krisis pasca kemunculan virus Covid-19. Vaksin yang telah ditemukan menjadi angin segar bagi setiap negara di dunia. Perkiraan IMF setelah vaksin ini berhasil disalurkan adalah kenaikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 5,5 persen pada tahun 2021 dan 4,2 persen pada tahun 2022. IMF juga memberikan perkiraan baik untuk Indonesia yaitu kita berpeluang untuk mendongkrak perekonomian lebih cepat. IMF yakin bahwa Indonesia memiliki kekuatan dan tindakan yang bijak pada pemulihan ekonomi saat ini, tentunya pernyataan ini dilatarbelakangi oleh kemampuan Indonesia bertahan dari proses penemuan vaksin yang memakan waktu hampir 1 tahun.
Salah satu prospek Indonesia yang dipercaya dapat memulihkan pertumbuhan ekonomi adalah Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang dimulai pada tahun 2020 dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2023. Program ini merupakan respons komprehensif Indonesia dalam situasi pandemi Covid-19 untuk memperkuat sektor kesehatan dan dukungan keuangan pada rumah tangga Indonesia serta membantu bisnis yang rentan. Melihat upaya yang dilakukan Indonesia ini, Bank Indonesia sangat mendukung dan ikut serta membantu Indonesia melalui pembelian obligasi pemerintah di pasar perdana. Hal ini merupakan langkah luar biasa untuk memastikan kestabilan pasar keuangan. Program Pemulihan Ekonomi Nasional ini dilakukan dengan cara menangguhkan 3 persen GDP Indonesia sebagai penggerak program ini. Di dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional terdapat berbagai program seperti Program Keluarga Harapan, Bantuan Pangan Non-Tunai, Bantuan Sosial Tunai (BST), dan tingkat penyaluran program serta bantuan ini sudah mencapai 100 persen pada tahun 2020.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatkan GDP pada tahun 2021 bekisar 5 persen Year over Year, sesuai dengan rancangan target Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang telah dibicarakan oleh pemerintah Indonesia. Pada kenyataan nya pada kuartal 1 laju pertumbuhan GDP di Indonesia tahun 2021 cukup lamban, hal ini dikarenakan tingginya jumlah kasus penularan virus Covid-19 akibat libur panjang akhir tahun. Meskipun begitu beberapa faktor seperti investasi dan ekspor Indonesia masih dalam keadaan baik, sehingga masih ada harapan dan rasa optimis untuk kenaikan GDP secara keseluruhan pada tahun 2021 sesuai perkiraan. Jadi sesuai dengan harapan di dalam International Monetary Fund Outlook, Indonesia harus tetap optimis untuk kesempatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 tanpa melewatkan peluang apapun, meskipun harus melalui berbagai tantangan hingga kuartal 4 nantinya.
Keseluruhan opini dalam tulisan ini merupakan pandangan penulis dan tidak merepresentasikan PCD Studies Center
0 Komentar