Wandy Ardiyansyah Hasibuan (2021)

Abdul Ghani Baradar (kiri) bersama Mentri Luar Negeri Cina Wang Yi (kanan)

Pendahuluan

Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana Cina melalui Afghanistan dapat meningkatkan pengaruhnya di kawasan Indo-pasifik. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa pada tanggal 15 Agustus kemarin dunia telah dikejutkan dengan direbutnya kembali Afghanistan oleh Taliban yang dengan cepat menguasai negara itu. Beragam respon diberikan oleh masyarakat internasional terkait kembalinya Taliban ke Afghanistan. Disaat negara-negara sibuk menahan diri untuk menentukan sikapnya terhadap Taliban, Cina diketahui sebagai salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Afghanistan-Taliban, dan dimulai dari sinilah penulis terinspirasi untuk menulis sebuah opini terkait isu ini.

Kembalinya Taliban menguasai Afghanistan tidak lain disebabkan oleh perginya Amerika Serikat dari negeri itu yang membuat Taliban mampu dengan mudah melakukan serangan dan menaklukan Kabul hanya dalam beberapa minggu. Kini, Taliban telah menyatakan kemerdekaan dan siap membawa Afghanistan untuk bekerjasama dengan negara lain. Afghanistan telah membentuk pemerintahan interim-nya yang membuat negara itu dapat beroperasi secara administratif yang akhirnya membuka kesempatan untuk melakukan hubungan terhadap negara lain. Namun, negara-negara Barat masih terlihat menahan diri dan melakukan kecaman bahwa pemerintahan Taliban akan memperparah situasi Afghanistan terutama dalam hal pelanggaran HAM terkhusus kepada perempuan. Tentunya celah ini merupakan pintu yang menguntungkan bagi Beijing untuk memperluas pengaruhnya di negara itu (Collison, 2018). Cina sebagai negara tetangga Afghanistan yang menyatakan dukungannya terhadap Taliban mengambil kesempatan ini untuk menjalin kerjasama yang menguntungkan. Ketika para pendonor internasional sedang berkumpul di Jenewa untuk membahas bantuan kemanusiaan Afghanistan dibawah pemerintahan Taliban, para tetangga yakni Cina dan Pakistan telah satu langkah lebih maju dengan memberikan bantuannya sekaligus sudah berdiskusi mengenai bantuan ke Afghanistan di masa depan (Greenfield, 2021). Cina diketahui akan memberikan $31 juta bantuan kepada Afghanistan termasuk makanan dan juga vaksin covid-19 (Sheng, 2021). Penulis menyakini bahwa peran Cina disini bertujuan untuk membuat pemerintahan Afghanistan mengarah ke Cina sehingga agenda Cina yang lebih besar dapat dimanifestasikan baik itu ke dalam maupun ke luar negeri. Lantas, bagaimana kebijakan Cina terhadap Afghanistan bisa memperkuat pengaruhnya di Indo-pasifik?

Peningkatan Pengaruh Cina di Indo-Pasifik melalui Afghanistan

Dalam pembahasan ini perlu untuk memahami bahwasannya kerjasama yang diinginkan Cina akan menggantikan peran Amerika Serikat di Afghanistan. Sehingga Cina menjadi satu-satunya kekuatan besar yang memiliki peran dalam memantau stabilitas Afghanistan-Taliban. Apalagi Cina dan Afghanistan merupakan negara tetangga yang memiliki perbatasan langsung. Penulis melihat bahwa peluang Cina dalam meningkatkan pengaruhnya di Afghanistan tentu akan memberikan keuntungan bagi Cina terutama dalam kawasan Asia Tengah dimana Taliban diharapkan tidak akan mengekspor paham ekstremisme ke wilayah Xinjiang ataupun mengutuk perlakuan pemerintah Cina terhadap muslim Uyghur di wilayah itu. Bagi kedua pihak hal ini tentu saling menguntungkan sebab kedua pihak memiliki rekor pelanggaran HAM masing-masing sehingga menutup mulut dapat menjaga stabilitas wilayah.

Sebagaimana argumen utama penulis dalam tulisan ini yang menyakini bahwa peningkatan pengaruh Cina di Afghanistan sama dengan peningkatan pengaruh Cina di Indo-Pasifik dapat dilihat dari beberapa aspek, terutama aspek ekonomi. Namun, mengapa indo-pasifik? Kawasan Indo-Pasifik merupakan salah satu kawasan penting dan berpengaruh di dunia. Dilihat dari segi geo-spasialitas, kawasan Indo-Pasifik dapat dipahami secara luas sebagai ruang yang saling berhubungan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Das, 2019). Dalam hal ini, Cina telah melakukan banyak kerjasama dengan Pakistan dalam bidang ekonomi yang memungkinkan Cina memperluas pengaruhnya ke kawasan Indo-pasifik. Berdasarkan pemikiran ini, penulis berpendapat bahwa Cina akan melakukan hal yang sama, yakni menguatkan hubungan bilateral Cina-Afghanistan yang menguatkan posisi Cina di Indo-Pasifik. Untuk mencapai hal ini, Cina menggunakan strategi ekonomi untuk membuka relasi terhadap Afghanistan.

Meskipun keterlibatan ekonomi Cina di Afghanistan tidak terlalu banyak di masa lalu, namun negara itu dapat bekerjasama dengan menjadikan Afghanistan sebagai mitra penting dari kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) Cina. Diketahui bahwa Cina telah melakukan beberapa kerjasama dengan Pakistan dengan meluncurkan China-Pakistan Economic Corridor (CPEC), yaitu paket pinjaman dan perjanjian ekuitas senilai $62 juta miliar untuk energi dan proyek infrastruktur yang berupaya menghubungkan Cina dengan Samudera Hindia melalui pelabuhan Gwadar (Chaudhury, 2017). Apabila Afghanistan bergabung dengan kerjasama ini, maka hal ini tentu menjadi keuntungan bagi Cina dan tentunya juga bagi Afghanistan sebab investasi yang diberikan Cina dapat menjadi modal pembangunan Afghanistan. Oleh karena itu, Cina bisa melakukan investasi di Afghanistan sama seperti dengan yang dilakukannya di Pakistan. Apalgi, Afghanistan saat ini memerlukan bantuan finansial untuk kestabilan negaranya, sehingga peluang ini tentu membawa Cina menjadi lebih kuat pengaruhnya di Indo-pasifik.

Dalam konteks politik internasional, krisis Afghanistan ini menggarisbawahi pergesaran posisi Amerika Serikat di Dunia (Tharoor, 2021). Kesempatan Cina untuk memperkuat pengaruhnya ini lebih mudah disebut dengan kebijakan strategis dimana Cina berpeluang untuk menggantikan posisi Amerika Serikat di Afghanistan. Tentunya, hal ini tidak terlepas dari semakin kuatnya Cina di kancah global yang telah mampu menyaingi Amerika Serikat di berbagai macam teater geopolitik di Asia. Oleh karena itu, dengan mundurnya Amerika Serikat dari wilayah ini, Cina harus bersikap menyakinkan untuk mengajak Afghanistan bekerja sama. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendemonstrasikan bagaimana kerjasama Cina-Pakistan mampu membangun relasi yang baik bagi kedua negara itu, sehingga jika Afghanistan ikut bergabung maka Afghanistan akan mendapatkan keuntungan yang sama.

Penulis menyakini bahwa jika memang Cina mampu menguatkan hubungannya dengan Afghanistan dan berhasil menggantikan posisi Amerika Serikat di kawasan itu maka India akan menjadi negara yang merasa terganggu. Hal ini disebabkan karena India merupakan satu-satunya negara yang berbatasan langsung dengan Cina dan Pakistan, apalagi ditambah dengan masalah perbatasan yang tak kunjung selesai. Dari semua alasan itu, tidak heran jika India mengambil kebijakan bergabung dengan Quad sebabagai bentuk membatasi ruang cina dalam meletakkan pengaruhnya di Indo-Pasifik terutama di Samudera Hindia.

Kesimpulan

Dalam tulisan yang singkat ini, penulis menekankan bahwa hilangnya peran dan pengaruh Amerika Serikat di Afghanistan pasca Taliban mengambil alih merupakan peluang bagi Cina untuk menguatkan pengaruhnya di wilayah itu. Bagi Cina, ketika dia mampu menjalin kerjasama yang baik dengan Taliban hal ini akan menguntungkan posisi Cina dalam dua posisi wilayah yaitu Asia Tengah dan Indo-pasifik. Di Asia Tengah, Cina mengharapkan bahwa Taliban tidak akan berusaha untuk menyebarkan paham ekstrimisme ke Xinjiang dimana muslim Uyghur bertempat tinggal. Di Indo-pasifik, kerjasama dengan Taliban akan menguatkan nilai tawar dan pengaruh Cina di kawasan itu yang meningkatkan peluangnya untuk terhubung dengan Samudera Hindia. Hal ini akan ditempuh Cina melalui kerjasama ekonomi dimana Cina akan menawarkan proyek mitra kerjasama BRI sama seperti yang dilakukannya dengan Pakistan. Selain itu, penulis menyakini bahwa Pakistan juga turut mengajak Afghanistan untuk mau menjalin kerjasama dengan poros Cina. Terakhir, jika kedepan skenario yang penulis utarakan sungguh terjadi, maka hal ini akan meningkatkan kewaspadaan India sebagai anggota Quad yang tentunya akan meningkatkan rivalitas antara Quad-Cina di kawasan Indo-pasifik.

seluruh pandangan dari tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak merepresentasikan PCD Studies Center.

 

0Shares
Kategori: Opinion

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *