Okta Syatika
(2023)
PIF atau lebih jelas dikenal dengan Pacific Islands Forum adalah sebuah organisasi internasional yang didirikan atas ide dari Selandia Baru yaitu pada tahun 1971. Awalnya PIF memiliki nama yang berbeda yaitu South Pacific Forum, namun pada akhirnya nama organisasi
ini diganti demi menunjukkan bahwa adanya kesatuan dengan beberapa negara yang berada di Utara maupun Selatan Pasifik. PIF juga merupakan organisasi internasional yang didirikan oleh sekumpulan negara seperti Australia, Nauru, dan Selandia Baru, Fiji, Kepulauan Cook, Samoa, dan Tonga yang mana demi membuat pertumbuhan ekonomi yang baik dan mengintegrasikan kerjasama serta dapat membuat pembangunan yang berkelanjutan. Pada awal berdirinya PIF hanya terdiri dari beberapa anggota, namun kini PIF memiliki banyak negara yang bergabung menjadi keanggotaan yaitu Federasi Mikronesia, Palau, Papua Nugini, Kepulauan Cook, Australia, Kiribati, Fiji, Nauru, Kepulauan Marshall, Kaledonia Baru, Niue, Samoa, Polinesia Prancis, Selandia Baru, Kepulauan Solomon, Vanuatu, Tuvalu, dan Tonga.
Organisasi internasional tentunya berperan meliputi banyak hal di dalam dunia internasional, salah satu permasalahan yang ditangani oleh Pacific Islands Forum (PIF) adalah permasalahan perubahan iklim atau juga dikenal dengan climate change. Sebuah komitmen mengejutkan yang disepakati oleh negara-negara di bagian pasifik dalam menyuarakan ketidakadilan akibat perbuatan negara kawasan lainnya. Hal ini karena negara-negara yang terletak di bagian pasifik selatan tergolong negara yang menyumbang gas emisi kaca yang sangat tidak sebanding dengan negara pada kawasan lain atau juga sekelompok negara dengan gas emisi terkecil di dunia. Kenyataan dari perubahan iklim ini membuat sekelompok negara yang berada di kawasan pasifik selatan untuk mengambil sebuah komitmen agar upaya ini memberikan dampak yang besar bagi perubahan iklim. Langkah yang diambil adalah Majuro Declaration yaitu dengan melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dan bertempat di Majuro, Marshall Islands pada tahun 2013.
Langkah yang diambil oleh sekelompok negara di bagian pasifik selatan pastinya memberikan sebuah dampak pada perubahan iklim di dunia. Perubahan iklim ini seharusnya memiliki langkah dari setiap negara yang berada di kawasan manapun, terlebih lagi jika negara tersebut merupakan negara yang memiliki kedaulatan. Perubahan iklim ini adalah sebuah isu internasional yang memang harus ditangani dan merupakan sebuah tanggung jawab baik negara berkembang maupun negara maju. Jika ditelusuri secara luas, ada banyak hal terjadi akibat perubahan yakni iklim, jumlah air di dunia, hutan yang mulai hancur, wabah penyakit yang semakin bertambah, banyaknya pulau-pulau kecil yang dapat tenggelam hingga kesuburan pertanian. Ditambah lagi, Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki kepulauan terbesar di dunia dan kaya akan sumber daya alam termasuk di bidang pertanian. Perubahan iklim dapat membawa kerugian yang besar terhadap Indonesia dan bahkan akan membuat kesuburan dari Indonesia hancur lebur. Bukan hanya itu, hal lainnya yang juga disebabkan oleh perubahan iklim adalah seperti suhu global yang semakin naik, pola curah hujan yang sudah sangat berubah, air laut yang lebih meningkat dari sebelumnya, hingga cuaca yang memiliki intensitas yang lebih ekstrim lagi.
Isu Perubahan iklim ini adalah sebuah isu yang serius yang akan membutuhkan pertolongan secepat mungkin dari seluruh negara yang berada di kawasan manapun karena perubahan iklim merupakan sebuah permasalahan yang berkaitan erat dengan kehidupan umat manusia. Langkah yang diambil oleh negara di bagian pasifik selatan atau lebih tepatnya organisasi Pacific Islands Forum ini sebenarnya adalah sebuah langkah yang bukan hanya agar didengar oleh negara maupun organisasi internasional, namun juga agar diambil moralnya oleh seluruh masyarakat global. Bahkan hal lainnya yang juga sangat membantu adalah ketika ternyata para penduduk negara di bagian pasifik selatan tidak pernah menganggap isu perubahan iklim ini sebagai sebuah isu yang hanya berkaitan dengan politik atau ekonomi seperti mana yang dipahami oleh penduduk di kawasan lainnya. Salah satu isu internasional ini seharusnya juga dapat menyadarkan negara-negara yang ada di sebagian Asia Tenggara agar juga memberikan aksi dan langkah demi mengobati perubahan iklim di Dunia. Namun sayang sekali, sejauh ini masih belum ada kawasan manapun yang mau mengambil langkah sejauh negara di kawasan pasifik selatan dan memimpin aksi dalam mengurangi gas emisi rumah kaca padahal hal ini sangat berpengaruh pada isu perubahan iklim ditambah pula, negara yang berada di kawasan pasifik selatan bukanlah negara yang merupakan emiter terbesar bahkan termasuk ke dalam bagian emiter terkecil di dunia. Maka dengan itu langkah yang mereka ambil akan hanya berdampak sedikit pada perubahan iklim.
Dengan ini seharusnya Asia Tenggara juga dapat melakukan sebuah tindakan, terutama hingga pada awal tahun 2018 terdapat dua negara yang berada di kawasan Asia merupakan negara yang menghasilkan gas emisi terbesar yaitu Indonesia dan Tiongkok. Data ini diperoleh dari data Climate Watch. Upaya yang dapat diberikan dan dilakukan adalah melakukan kerjasama regional maupun kerjasama internasional, contohnya saja seperti kerjasama dua organisasi hingga melakukan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) yaitu FIFA dan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) yang mana keduanya melakukan kerjasama karena bertekad untuk memberikan batasan yang lebih besar serta kesadaran dalam mengurangi aksi mitigasi perubahan iklim semakin berdampak pada pemanasan global. Dari sebuah kolaborasi ini pasti akan memberikan tingkat kesadaran dari sebuah hal yang cukup digemari hampir seluruh masyarakat dunia yakni, sepak bola. Kerjasama yang dapat dilakukan pada organisasi Internasional adalah seperti kerjasama di atas yang dilakukan oleh kawasan negara di kepulauan pasifik selatan, mungkin sebagian dari ide yang dapat diberikan adalah seperti kerjasama yang dapat dilakukan dengan organisasi di Asia Tenggara dan sebuah perusahaan Multinasional yaitu PT. Indofood.
Gambar berikut merupakan data negara dengan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar pada tahun 2018.
Sebuah perusahaan multinasional seperti PT. Indofood pasti dapat merealisasikan sedikit dari pengobatan perubahan iklim di dunia. Hal ini karena PT. Indofood merupaka
Perusahaan Multinasional yang berasal dari Asia Tenggara yaitu Indonesia sehingga akan memperlihatkan integritas dan inisiatif yang lebih besar dari kawasan Asia Tenggara terhadap masyarakat global mengenai isu perubahan iklim ini. Selain itu juga, PT. Indofood ini memiliki pengaruh yang kuat terutama produk makanan PT. Indofood yaitu indomie karena merupakan salah satu mie instan yang dikonsumsi sangat banyak oleh lebih dari 100 negara dan tentunya hal ini membuktikan bahwa perusahaan multinasional ini memiliki pengaruh yang kuat di mata masyarakat global. Hal lainnya karena PT. Indofood adalah sebuah perusahaan yang memproduksi produk yang sangat dekat dengan seluruh masyarakat Asia Tenggara bahkan juga masyarakat diluar Asia Tenggara yaitu indomie dapat dilakukan dengan sebuah gerakan packaging eco-friendly dan hal ini bukan hanya sekedar gerakan, namun bisa menjadi sebuah protes pada masyarakat global dan dunia internasional agar memiliki kesadaran yang lebih terhadap isu perubahan iklim. Dengan adanya kerjasama ini maka akan membuat ikatan kerjasama pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara lebih kuat dan mengurangi banyak kerugian yang terjadi Asia Tenggara terlebih lagi Indonesia salah satu mantan negara yang menghasilkan emisi gas terbesar di waktu yang lalu.
Alhasil Perubahan iklim adalah hal yang harus ditangani dengan tanggap cepat sehingga tidak akan memiliki dapat secara terus menerus terhadap kelangsungan hidup kita. Negara-negara yang ada di kawasan pasifik selatan harusnya sudah cukup mempengaruhi kawasan lin untuk melakukan hal yang serupa agar isu dapat ditangani dengan lebih terstruktur. Kerjasama tidak harus selalu dengan organisasi internasional juga, tentunya kerjasama lain dapat dilakukan dengan sebuah institusi atau perusahaan yang berpengaruh di dunia agar gerakannya lebih cepat direalisasikan di kehidupan nyata dan menyadarkan masyarakat global untuk lebih aware serta tidak menganggap ini hal yang remeh. Banyak sekali dampak baik yang dapat dirasakan apabila isu ini dapat teratasi. Meniru tindakan yang dilakukan PIF bersama FIFA merupakan sebuah ide yang dapat dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam mengatasi perubahan iklim. Strategi pendekatan dengan menggandeng perusahaan yang cukup populer di masyarakat maupun dunia merupakan sebuah pendekatan dalam menekan laju perubahan iklim. Negara Asia Tenggara yang tidak terlalu unggul dalam suatu bidang, maka seharusnya dapat jauh lebih berhati-hati pada kerugian yang bisa mereka peroleh dengan adanya isu perubahan iklim ini dan sudah seharusnya juga menjadi salah satu kawasan yang dapat memberikan dampak baik pada dunia internasional maupun masyarakat global.
Seluruh pandangan dari tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak merepresentasikan PCD Studies Center.
DAFTAR PUSTAKA
(Ruminta et al., 2018)(Hanafi, 2016)(Alfarizi et al., 2022)(Siregar Siagian et al., 2021)(Siubelan, 2019)(Abhiyoga et al., 2021)
Abhiyoga, N., Hamida, M. Z., Calvina, B., & Attala, F. R. (2021). Proses Internasionalisasi PT Indofood Dalam Berinvestasi Di Nigeria Melalui Foreign Direct Investment.
Dauliyah, 6, 343–364.
Alfarizi, M. S. R., Danastri, H. D., Maulidina, P. D. C., Junadhi, F., Shakila, L. M., & Aulia,
- A. (2022). Relevansi Negara Oseania dalam Diplomasi Iklim di PBB. Jurnal Good Governance, 18(1), 1–20. https://doi.org/10.32834/gg.v18i1.455
Hanafi, M. R. (2016). Majuro Declaration : “ Kudeta ” Kepemimpinan Isu Perubahan Iklim.
Jurnal Transformasi Global, 3(2016).
Ruminta, R., Handoko, H., & Nurmala, T. (2018). Indikasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap produksi padi di Indonesia (Studi kasus : Sumatera Selatan dan Malang Raya). Jurnal Agro, 5(1), 48–60. https://doi.org/10.15575/1607
Siregar Siagian, R. C. H., Regina Princesa, Kogoya, R., Angkouw, R. E., & Tambunan, R. M. (2021). Analisis Kerjasama Secretariat of the Pacific Regional Environment Programme (Sprep) Terkait Perubahan Iklim. Jurnal Asia Pacific Studies, 4(2), 144–153. https://doi.org/10.33541/japs.v4i2.2559
Siubelan, E. A. R. (2019). Upaya negara-negara kepulauan Pasifik dalam menghadapi perubahan iklim melalui Pacific Islands Forum (PIF). Repository.Unpar.Ac.Id, 1–92. http://hdl.handle.net/123456789/8441
0 Komentar